Sinergi, Menteri Wihaji Apresiasi Gotong Royong Warga dan Pemkab Garut Bangun Pendidikan Anak Petani
Wihaji: Dari Garut, Kita Belajar Arti Gotong Royong Membangun Generasi Emas
SuaraGarut.id — Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia, Wihaji, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Garut, Selasa (11/11/2025). Dalam kunjungan ini, Menteri meninjau langsung sejumlah program keluarga berkualitas di Kecamatan Caringin, termasuk Tamasya An Nisa — tempat pengasuhan dan pembelajaran anak berbasis masyarakat dengan infak Rp500 per hari.
Kunjungan tersebut dihadiri oleh Wakil Bupati Garut Putri Karlina, Sekretaris Daerah Garut Nurdin Yana, Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat Dadi Ahmad Roswandi, serta Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana.
Dalam peninjauannya, Menteri Wihaji menyampaikan apresiasi terhadap pengelolaan Tamasya An Nisa yang dinilainya sangat inspiratif. Program ini memperlihatkan bagaimana masyarakat mampu bergotong royong menghadirkan layanan pengasuhan anak yang terjangkau, tanpa mengurangi kualitas pendidikan dan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anak.
“Saya baru melihat satu tempat seperti ini di Indonesia. Dengan infak hanya lima ratus rupiah per anak per hari, anak-anak bisa belajar, bermain, dan tumbuh dalam lingkungan yang penuh kepedulian. Ini contoh nyata gotong royong yang melahirkan pendidikan bermakna,” kata Wihaji.
Menurutnya, model Tamasya An Nisa sejalan dengan arah kebijakan pembangunan keluarga nasional yang menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan. “Kami ingin agar konsep seperti ini bisa menjadi inspirasi daerah lain, karena pembinaan anak tidak hanya tugas sekolah, tapi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat,” ujarnya.
Kepala Dinas PPKBPPPA Kabupaten Garut, Yayan Waryana, yang mendampingi kunjungan tersebut, menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi bukti nyata sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam memperkuat ketahanan keluarga di akar rumput.
“Program seperti Tamasya An Nisa lahir dari inisiatif masyarakat sendiri, dari kepedulian terhadap anak-anak petani yang sering ditinggal bekerja ke ladang. Pemerintah daerah hadir untuk mendampingi, memberi penguatan, dan memastikan keberlanjutan program ini,” ungkap Yayan.
Yayan menambahkan bahwa DPPKBPPPA Garut berkomitmen mengembangkan model pengasuhan anak berbasis komunitas di berbagai wilayah. Menurutnya, pendekatan tersebut bukan sekadar solusi praktis, tetapi juga langkah strategis untuk menanamkan nilai karakter dan kasih sayang sejak dini.
“Kami ingin setiap desa punya ruang tumbuh bagi anak-anaknya. Tempat seperti Tamasya An Nisa ini bukan sekadar penitipan, tapi wadah pembentukan karakter dan kebahagiaan anak. Dari keluarga yang kuat, kita membangun generasi yang sehat dan berdaya,” jelasnya.
Selain meninjau Tamasya An Nisa, Menteri Wihaji juga mengunjungi beberapa rumah warga kategori Keluarga Risiko Stunting (KRS) di Kecamatan Caringin. Dalam kesempatan itu, diberikan bantuan berupa perbaikan rumah, sanitasi, pengobatan, dan dukungan kepesertaan BPJS Kesehatan.
Menteri Wihaji menegaskan bahwa penanganan stunting harus dilakukan secara komprehensif, melibatkan semua pihak, dan tidak hanya berfokus pada gizi semata. “Menyelamatkan satu anak berarti menyelamatkan satu generasi. Kita harus bergerak bersama agar keluarga tidak hanya sehat secara fisik, tapi juga bahagia dan produktif,” ujarnya.
Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, menyampaikan apresiasi atas perhatian pemerintah pusat terhadap masyarakat di wilayahnya. Ia menyatakan komitmen pemerintah daerah untuk terus bersinergi dengan program nasional dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Sekretaris Daerah Garut, Nurdin Yana, menilai kegiatan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat kerja lintas sektor di daerah. Sementara itu, Kepala Perwakilan Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat, Dadi Ahmad Roswandi, mengungkapkan bahwa Garut kini menjadi salah satu daerah dengan penurunan angka stunting signifikan, mencapai sekitar 14 persen.
Menteri Wihaji berharap Kabupaten Garut dapat menjadi contoh nasional dalam penerapan model integratif antara program keluarga berkualitas, pengasuhan anak berbasis masyarakat, dan pencegahan stunting.
“Dari Garut kita belajar bahwa kekuatan bangsa lahir dari keluarga yang kokoh dan masyarakat yang peduli. Kolaborasi seperti ini akan menjadi modal penting untuk mencetak generasi Indonesia yang sehat, cerdas, dan berkarakter,” tutupnya.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.