Beranda LBH Ansor Jabar Bongkar Program ‘Poe Ibu’: Kedok Populis untuk Pungut Uang Warga!

LBH Ansor Jabar Bongkar Program ‘Poe Ibu’: Kedok Populis untuk Pungut Uang Warga!

Oleh, Redaksi
2 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Kolase surat edaran Gubernur Jawa Barat dan Sekretaris LBH GP Ansor/ist

SuaraGarut.id - Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pemuda Ansor Jawa Barat mempertanyakan Surat Edaran Gubernur Jawa Barat terkait Poe Ibu, atau Sapoe Sarebu. Dalam Surat Edaran tersebut, Gubernur Jabar meminta warga Jawa Barat untuk menyisihkan Rp. 1.000 per hari yang selanjutnya digunakan untuk menunjang Program Jabar Istimewa. 

Sekretaris LBH Ansor Jabar, Opik Taopikul Haq mengomentari ide program Sapoe Sarebu sebagai kebijakan Gubernur Jawa Barat yang aneh dan tidak logis. 

Bahkan, Opik mengira bahwa program tersebut tidak terkait dengan iuran atau pungutan kepada warga Jabar. 

"Saya kira ini program bukan terkait program udunan warga. Karena namnaya Poe Ibu. Ya awaknya saya pikir program perlindungan kepada para kaum perempuan. Terkhusus kaum Ibu yang posisinya memang masih memerlukan perhatian," kata Opik.

Terkait masih tingginya Angka Kematian Ibu misalnya. Dirinya merasa kecele sebelum membaca isi dan substansi SE tersebut ternyata berisi pungutan terhadap warga. 

"Coba saja teman teman ketika mendengan kata Ibu. Maka yang terbersit adalah berkaitan dengan isu dan hak hak kaum Ibu. Atau secara general kaum perempuan. Eh ternyata, pungutan," sambungnya. 

Opik melihat Pemprov Jawa Barat dalam hal ini Dedi Mulyadi tidak kreatif dan kehilangan akal mencari sumber dana untuk pembangunan Jawa Barat. Alih alih mencari potensi Pendapatan Asli Daerah dari sektor yang lain, malah membebani masyarakat yang hari ini justru sedang mengalami kesulitan ekonomi. 

"Coba saja bayangkan, berapa pertahun yang harus dikeluarkan oleh warga Jabar untuk membayar Program tersebut. Padahal kondisi warga hari ini secara ekonomi sedang tidak baik baik saja," lanjutnya. 

Opik menuding KDM sengaja menciptakan program yang terkesan mengelabui warga. Padahal, masih menurut Opik, apa bedanya program tersebut dengan menaikan Pajak misalnya. 

"Mungkin KDM belajar dari gejolak akibat banyaknya protes yang disebabkan kebaikan PBB. Seperti yang terjadi kemarin di Pati Jawa Tengah. Sehingga dia tidak mau menaikan pungutan yang bakal menimbulkan gejolak. Maka dipilih lah program yang terkesan populis. Padahal intinya mengelabui," kata Opik. 

Besarnya dana yang diperlukan KDM untuk memenuhi janji kampanye tempo hari menurut Opik mestinya dicari dengan cara yang lebih berkualitas. Bukan dengan cara menambah beban masyarakat. 

"Katanya jabar ini kan kaya dengan potensi alamnya, cari dong program yang tidak membebani warga," jelas Opik. 

Mencari dana dengan cara membebani masyarakat menurut Opik merupakan cara yang gampang, tetapi tidak bijak. Terkesan Pemprov Jabar tidak mau mikir. 

"Yang paling gampang itu memang mungutin warga. Paling gampang itu, tapi apakah itu baik? Saya kira itu tidak baik," ungkapnya. 

Bahkan, terkesan kontradiktif dengan kebijakan KDM sebelumnya yang menggratiskan denda bagi penunggak Pajak Kendaraan Bermotor. 

"Terkesan seperti mencari ganti setelah memberikan kelonggaran bagi penunggak pajak kendaraan," ungkapnya. 

Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Ansor Jawa Barat mengaku sudah mengintruksikan agar LBH Ansor Jawa Barat untuk mengambil tindakan hukum apabila KDM memaksakan kebijakan ini. 

"Intinya sudah saja tarik kembali kebijakan ini. Karena jelas jelas bakal membebabni masayarakat Jawa Barat," ungkap Ketua PW Ansor Jawa Barat, Subhan Fahmi.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.